Jumat, 11 Maret 2016

Terapi dan rehabilitasi Cedera Olahraga

Rehabilitasi olahraga
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Cedera olahraga dapat terjadi pada siapapun baik atlet professional maupun individu non atlet yang terlibat dalam kegiatan olahraga. Resiko terjadinya cedera masing masing olahraga dengan yang lainnya, namun penanganan cedera harus ditangani dengan tepat. Penyembuhan cedera pada olahragawan harus diusahakan tuntas dan sempurna, karena sangat mempengaruhi tingginya puncak prestasi yang dapat dicapai dan lamanya berada di puncak prestasi tersebut.
Kesalahan dalam penanganan cedera akan mempengaruhi Cedera olahraga yang mengganggu kesehatan juga dapat mengurangi kesempatan atlet tersebutuntuk berprestasi secara maksimal. Penanganan cedera olahraga membutuhkan terapi dan rehabilitasi yang tepat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis akan memberikan judul “Terapi dan Rehabilitasi pada Cedera Olahraga”.
B.    Rumusan masalah
1.    Apakah  terapi dan rehabilitasi yang tepat pada cedera olahraga ?
2.    Bagaimanakah penanganan terapi dan rehabilitasi pada cedera olahraga?

C.    Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui terapi dan rehabilitasi yang tepat pada cedera otot
2.    Untuk mengetahui pelaksanaan penanganan terapi dan rehabilitasi yang tepat pada cedera otot

D.    Manfaat Penulisan
Secara umum manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Membantu guru atau pelatih dalam melakukan  penanganan cedera pada peserta didik
2.    Memberikan motivasi kepada guru atau pelatih  akan pentingnya mengetahui bentuk latihan atau pembelajaran olahraga yang tepat agar mengurangi terjadinya cedera saat melakukan aktivitas fisik
Secara khusus, hasil penelitian ini dapat dijadikan kajian perbaikan untuk lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas fisik maupun penanganan ketika terjadi cedera pada saat berolahraga maupun saat aktivitas fisik yang lain agar meminimalisir terjadi cedera yang lebih parah.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Cedera Olahraga
Santosa (2013:93) mengemukakan trauma dapat dianggap sebagai pengaruh merusak terhadap jaringan hidup  oleh kekerasan yang bersifat fisik/mekanik, autogen atau exogen, yang terjadi sekali kali atau berulang ulang. Sport traumatology tidak meliputi semua cedera yang dapat terjadi selama melakukan kegiatan olahraga tetapi terbatas pada cedera cedera yang bersifat khusus akibat melakukan gerak keterampilan olahraga.
Fadhilah (2014:2) menjelaskan jenis cedera olahraga menurut penyebabnya dibagi menjadi dua yaitu Overuse Injury dan Traumatic Injury. Overuse Injury disebabkan oleh gerakan yang berulang terlalu banyak dan cepat, sedangkan traumatic Injury disebabkan adanya benturan atau gerak melebihi kemampuan. Cedera dalam olahraga dapat terjadi karena pendinginan yang kurang, penyembuhan cedera yang sebelumnya belum tuntas dan overuse.
Novi (2011:1) menambahkan Bentuk cedera dapat berupa memar, strain, sprain sampai dengan fraktur tulang. Respon tubuh terhadap kerusakan jaringan ini berupa reaksi peradangan (inflamasi) yang dipicu oleh mediator inflamasi yang dihasilkan oleh sel yang rusak maupun mati. Karakteristik peradangan berupa nyeri (dolor), pembengkakan (tumor), kemerahan (rubor), peningkatan suhu (kalor) serta penurunan fungsi (function leissa). Berikut ini macam macam cedera pada saat olahraga, antara lain :
1.    Cedera Leher
Cedera pada leher biasanya dikarenakan gerakan yang tiba tiba sehingga mengakibatkan robeknya otot pada leher atau terkena benturan.
2.    Cedera Lutut
Lutut merupakan sendi yang paling besar namun paling tidak stabil. Ada banyak factor yang dapat menyebabkan cedera pada lutut salah satunya beban yang berlebihan dan hiperekstensi sehingga olahragawan mengalami keseleo pada lutut. Bentuk cedera lutut yang lain adalah meniskes tenditis sindrom plica.
3.    Cedera Otot Hamstring dan Betis
Cedera otot hamstring dan betis biasanya disebabkan karena otot yang tertarik dan robek. Otot betis dan hamstring adalah otot yang paling sering cedera. Otot betis akan cedera pada saat olahraga yang banyak lompat sedangkan otot hamstring akan cedera pada saat lari sprint.
4.    Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Bahr (2003) membagi fraktur berdasarkan continuitaspatahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a.    Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
b.    Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh, Bahr (2003) membagi patah tulang manjadi:
1)    Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatnya dan tulang keluar.
2)    atah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
5.    Kram Otot
Kram Otot disebabkan karena kelelahan, kurang mineral dan vitamin, selain itu kurang suplai darah serta ketidaksesuaian pada panjang kedua kaki dapat mendorong terjadinya kram otot.
6.    Memar
Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah kulit. Memar biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya. Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit.
7.    Cedera Punggung Bawah
Cedera punggung bawah akut biasanya disebabkan oleh teknik mengangkat yang salah sedangkan cedera punggung khronis disebabkan karena overuse.
8.    Cedera pergelangan kaki
Cedera pergelangan kaki disebabkan peregangan ligament sampe tergesernya sendi.
B.    Terapi dan Rehabilitasi pada Cedera Olahraga
1.    Hakikat Terapi dan Rehabilitasi Olahraga
Terapi adalah merupakan serangkaian gerak fisik yang dilakukan di dalam usaha penyembuhan atau meningkatkan kualitas hidup penderita, mengelola penyakitnya dan menunda atau Meniadakan komplikasi yang akan ditimbulkannya
Menurut Viljoen (2000), rehabilitasi cedera meliputi pencegahan cedera, penilaian cedera, dan manajemen cedera. Houglum (2005:13-15) mengemukakan prinsip rehabilitasi harus memperhatikan prinsip-prinsip dasar seperti misalnya: tidak memperburuk keadaan, dilakukan sesegera.
2.    Jenis-Jenis Terapi
a.    Terapi Dingin (Cold Therapy).
Terapi dingin merupakan terapi terbaik untuk cedera akut. Novita (2011) mengemukakan Terapi dingin (cold therapy) adalah penggunaan dingin untuk menanggulangi nyeri atau kondisi lainnya.Terapi ini memanfaatkan es sebagai media terapi. Es adalah vasokonstriktor sehingga dapat mengurangi perdarahan internal dan bengkak. Terapi ini juga dapat juga membantu cedera overuse atau nyeri kronis setiap selesai berlatih. Untuk cedera akut, terapi dingin sering digunakan bersama-sama dengan teknik pertolongan pertama pada cedera yang disebut RICE (rest, ice, compression and elevation). Teknik ini meliputi
1)    Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera.
2)    Memberikan es selama dua hari setelah cedera untuk mencegah pembengkakan luka.
3)    Mempergunakan kompresi elastis selama dua hari untuk mencegah pembengkakan.
4)    Berusaha agar bagian yang cedera ada di atas letak jantung untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pembengkakan.
b.    Terapi Panas
Terapi panas dapat digunakan pada cedera kronis atau cedera tanpa bengkak. Terapi panas dapat meningkatkan elastisitas jaringan ikat sendi, memperbaiki sirkulasi darah. Terapi ini tidak dianjurkan dilakukan setelah berlatih. Cedera yang dapat ditangani melalui terapi panas antara lain  nyeri, kaku, nyeri sendi.
Ernawan menjelaskan (2008: 15) Terapi panas mempunyai banyak keunggulan, yakni menurunkan rasa nyeri, memperbaiki bentuk tubuh, dan meningkatkan kemampuan alat gerak. Hal itulah yang mengurangi rasa nyeri serta memungkinkan hasil terapi didapat secara optimal.
c.    Terapi Latihan
Terapi latihan merupakan salah satu terapi yang efektif untuk mengurangi rasa sakit. Moh Arif (2011) menjelaskan terapi ini dilakukan menggunakan program latihan yang diberikan secara bertahap. Terapi latihan diberikan untuk rekreasi, pencegahan penyakit dan rehabilitasi (pemulihan). Terapi latihan pada fisioterapi terdapat tiga tindakan yaitu
1)    Passive Exercise
Passive Exercise merupakan terapi latihan yang keseluruhan gerakan anggota tubuh pasien digerakan oleh orang lain, karena pasien tidak mampu melakukannya sendiri. Terapi ini biasanya diperuntukkan untuk pasien yang mengalami patah tulang dan stroke. Tujuan dari terapi ini adalah menghilangkan kekakuan otot dan agar otot dapat belajar untuk bergerak kembali.
2)    Active Passive Exercise
Active Passive Exercise merupakan terapi latihan yang menggerakan anggota tubuh pasien adalah pasien sendiri san dibantu orang lain. Terapi ini dipakai untuk menggerakkan anggota tubuh yang mengalami tirah banting. Tujuan dari terapi ini asalah memacu kembali dan untuk mengembalikan kekuatan otot ototnya.
3)    Active Exercise
Active Exercise merupakan terapi latihan yang keseluruhannya dilakukan oleh si pasien itu sendiri. Tujuan dari terapi ini adalah meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, keseimbangan dan koordinasi.


d.    Fisioterapi
Fisioterapi merupakan suatu penyembuhan atau pengobatan dengan menggunakan tenaga, daya dan khasiat alam. Tujuan fisioterapi untuk menjaga gerak sendi, mencegah terjadinya  pemendekan otot, melatih kembali perasaan dan gerakan otot-otot, mencegah adanya atropi otot, serta melatih gerakan fungsional.
Pemberian fisioterapi yang terkait dengan usaha membina kekuatan otot, ketahanan dan koordinasi otot dengan anggota gerak yang lain adalah jenis mekanoterapi. Jenis mekanoterapi ini dapat diberikan dengan cara: melatih gerakan pasif, atau gerakan dibantu dengan orang lain, anak tidak melakukannya sendiri. melatih dengan gerakan aktif, anak berusaha untuk menggerakan anggota tubuhnya sendiri.
e.    Hydroteraphy
Hydrotherapy merupakan terapi yang memanfaatkan air sebagai media penanganan cedera. Ernawan (2008:2) mengemukakan secara khusus, air memiliki kualitas untuk mencapai respon tubuh yang bisa menyembuhkan simpton-simpton dan meningkatkan mekanisme tubuh dalam menghadapi ancaman eksternal. Media air bisa digunakan karena faktor buoyancy (keterapungan) baik di kolam renang maupun kolam terapi. Air dapat digunakan sebagai terapi dalam kondisi panas, hangat, netral (temperature tubuh), dingin, atau dalam kondisi beku (es).
Penjelasan diatas dapat dianalisis bahwa hidrotherapy merupakan metode terapi yang mengandalkan pada respon-respon tubuh terhadap air baik kondisi panas maupun dingin. Jenis jenis hydrotherapy dijelaskan Sadoso (1990:140) yaitu shower dan steambath yang dilakukan sebagai persiapan dari message, serta sauna kuga dapat dianjurkan. Ernawan (2008:20) menambahkan Olahraga renang selain berfungsi olahraga rekreasi, juga berfungsi sebagai sarana hydrotherapy bagi masalah-masalah kesehatan.
f.    Osteopati dan Kiropratik
Kim davies (2007: 80-81)  mengemukakan bahwa osteopati merupakan metode penggeseran sendi, hamper sama dengan kiropraktik namun kiropraktik menggunakan tehnik yang sedikit berbeda. Ahli osteopati dan kiropraktik menggunakan serangkaian perbaikan fisik untuk menyembuhkan distorsi pada tulang. Terapi ini dianggap sebagai terapi yang sangat aman namun terapi ini tidak sesuai dengan orang yang mengalami pergeseran bantalan tulang, patah tulang yang baru terjadi, pengeroposan tulang tindak lanjut atau kelainan tulang lainnya.
g.    Massage Theraphy
Massage Theraphy yaitu terapi dengan jalan memberikan gosokan pada tempat tertentu yang dapat mengurangi ketegangan otot. Kim Davies (2007:83) menjelaskan manfaat utama dari pijat (Massage Theraphy) adalah memberikan efek relaksasinya dan pijat bisa sangat membantu orang yang memiliki masalah yang berhubungan dengan stress.  Salah satu contoh pijat (Massage Theraphy)  adalah pijat shiatsu.
h.    Terapi yoga
Kim davies (2007:82) menjelaskan bahwa yoga merupakan system postur tubuh yang dapat digunakan untuk memperbaiki susunan, kekuatan dan kelentukan tubuh. Latihan teratur dapat membantu mencegah masalah punggung dan postur  tertentu bisa digunakan untuk menghilangkan sakit. Yoga sering disarankan dokter sebagai teknik relaksasi.
3.    Terapi Penanganan pada Cedera Olahraga
Moh. Arif (2011) menjelaskan penanganan terapi dan rehabilitasi pada tiap cedera yang dialami olahragawan antara lain :
a.    Cedera pada Leher
Penanganan cedera pada leher dapat dilakukan menggunakan fisioterapi (modalitas), penguatan leher melalui gerakan kepala melawan arah tenaga tangan, melakukan kegiatan stretching (kelentukan) dan melakukan olahraga berenang, jogging dan sepeda untuk menjaga kebugaran badan pada saat pemulihan.
Kim Davies menambahkan (2007:68-69) cara meredakan nyeri leher memutar kepala ke kanan sejauh terasa nyaman dengan posisi tubuh duduk tegak, tangan diatas paha dan bernapas dengan normal, kemudian jaga kepala tetap tegak lalu tengokkan ke kanan, tengah dan kiri, selanjutnya tundukkan kepala beberapa saat dan tundukkan kembali, lakukan berulang ulang dan jaga napas agar selalu teratur selama latian.
b.    Cedera pada Bahu, Siku dan Lengan
Penanganan cedera bahu hamper sama dengan penganganan cedera leher, perbedaannya adalah penguatan otot otot bahu bisa dilakukan dengan cara isometric maupun isotonic. Kim Davies (2007:71) menjelaskan cara meredakan nyeri bahu dengan mengangkat bahu kiri atas sedekat mungkin dengan telinga, kemudian turunkan kembali, bergantian dengan sisi kanan.
c.    Frozen Shoulder (Kebekuan Sendi Bahu)
Penanganan cedera Frozen Shoulder dapat dilakukan menggunakan fisioterapi (modalitas),finger ladder, shoulder wheel, coddman exercise dan jogging atau sepeda untuk menjaga kebugaran selama pemulihan.
d.    Cedera pada Pinggang
Penanganan cedera pada pinggang dapat dilakukan menggunakan fisioterapi (modalitas), terapi latian pinggang melalui Straight Legs Right (SLR), ABD (Abduksi), ADD (Adduksi), EXL (Extensi Legs).



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Terapi adalah merupakan serangkaian gerak fisik yang dilakukan di dalam usaha penyembuhan atau meningkatkan kualitas hidup penderita, mengelola penyakitnya dan menunda atau Meniadakan komplikasi yang akan ditimbulkannya. Terdapat berbagai jenis jenis terapi penanganan cedera pada olahraga antara lain terapi dingin,terapi panas, terapi latihan, fisioterapi hydroterapi dan lain lain

B.    Saran
Untuk mengurangi resiko resiko dalam setiap aktivitas olahraga sudah seharusnya seorang guru olahraga atau seorang pelatih mengetahui cara penanganan ketika peserta didik atau atlet mengalami cedera.Disamping itu seorang guru olahraga atau pelatih harus berhati-hati dalam memberikan latihan yang harus disesuaikan dengan umur seseorang dan mengurangi resiko terjadinya cedera 



DAFTAR PUSTAKA
Ade Jeanne. 2010. Pengantar Cedera Olahraga. Diktat. Fakultas Kedokteran. Universitas Indonesia
Ernawan Susanto. 2008. Olahraga Renang Sebagai Hidrotherapy Dalam Mengatasi Masalah-Masalah Kesehatan. Jurnal Ilmiah Kesehatan Olahraga “MEDIKORA”. FIK.UNY.
Kim Davies. 2007. Buku Pinter Nyeri Tulang dan Otot. Jakarta : Erlangga. Penerjemah Dian Mardiana.
Moh. Arief Setyawan.2011.Terapi Latian. Diunduh dari  Ariefsetiawan80.blogspot.co.id/2011/02/terapi-latian.html?m=1 pada tanggal 24 September 2015 pukul 20:00
Novi Intan Arofah. 2011. Terapi Dingin (Cold Therapy) dalam Penanganan Cedera Olahraga. Jurnal. FIK. UNY
Sadoso Sumarsodjuno. 1990. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga. Jakarta : Gramedia Pustaka.
Wara Kushartanti. 2008. Terapi Latihan untuk Rehabilitas Cedera bagi Olahragawan. Laporan Penelitian. FIK. UNY.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar