BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepemimpinan
bukanlah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang
perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi
hidupnya, dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan
tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya, dan ketika
keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah
seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau
jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal.
Kepemimpinan merupakan sesuatu yang selalu dianggap oleh
orang-orang sekitar bahwa sama halnya dengan seorang manajer. Namun, pemimpin
dan manajer akan menjadi suatu kekuatan besar apabila itu dimiliki oleh
seseorang baik pada perusahaan-perusahaan maupun industri-industri terutama
dalam membangun sebuah industri atau tim olahraga. Seperti yang diketahui
bersama bahwa biasanya seorang pemimpin adalah seorang manajer, tetapi seorang
manajer belum tentu dia adalah seorang pemimpin. Sebagai perbandingan yang bisa
kita lihat bersama pada realita yang terjadi yaitu dalam bidang olahraga
utamanya olahraga sepak bola yang berkembang pesat saat ini. Manajer dan
pelatih bisanya dibedakan posisinya namun ada juga yang manajer sekaligus
menjabat sebagai seorang pelatih karna mampu memiliki kedua kemampuan itu.
Kepemimpinan yang dimiliki itu akan mampu mendongkrak kualitas organisasi atau
tim olahraga yang dimilikinya.
Pencapaian suatu prestasi di bidang olahraga pada dasarnya
merupakan hasil akumulatif dari berbagai aspek atau unsur yang mendukung
terwujudnya prestasi. Dalam makalah ini masalah yang disoroti terutama mengenai
fungsi pelatih sebagai pemimpin yang memimpin atletnya dalam upaya mencapai
prestasi yang setinggi-tingginya. Fungsi pelatih sebagai pemimpin menarik untuk
dikaji dan dievaluasi, karena salah satu kunci utama dalam keberhasilan para
atlet terletak pada kemampuan seorang pelatih dalam memimpin atletnya. Hal ini
tercermin dari interaksi yang terjadi di lapangan dimana pelatih mempunyai tugas sebagai
perencana, pemimpin, teman, pembimbing, dan pengontrol program latihan.
Sedangkan atlet mempunyai tugas melakukan latihan sesuai program yang telah
ditentukan pelatih. Keberhasilan dalam melatih akhirnya tergantung pada
efektivitas interaksi pelatih dengan atletnya. Kepemimpinan
akan membawa pelatih olahraga dapat
menggiring atlet menjadi berprestasi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya yang berkaitan dengan kepemimpinan, sehingga
rumusan masalah yang bisa kita kaji bersama adalah bagaimanakah kepemimpinan
dalam olahraga?
C. Tujuan
Tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah untuk mengkaji agar kita mampu mengetahui
kepemimpinan dalam olahraga.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perbedaan
Antara Pemimpin dan Manajer
1. Defenisi pemimpin
Pemimpin
(leadership) mungkin secara luas dianggap proses perilaku yang mempengaruhi
individu dan kelompok menuju tujuan yang ditetapkan. Definisi ini berguna
karena meliputi banyak dimensi kepemimpinan. Dalam olahraga, dimensi ini
mencakup pengambilan keputusan, tekhnik motivasi, memberikan umpan balik,
menstabilkan hubungan interpersonal dan mengarahkan kelompok atau tim menjadi
lebih percaya diri. Selain itu menurut Andi suntoda (2014) pemimpin adalah seseorang yang membimbing atau
mengarahkan individu, kelompok atau grup, tim, dan organisasi. Gary Yukl
(2010:21) menjelaskan juga bahwa kebanyakan definisi kepemimpinan mencerminkan
asumsi bahwa itu melibatkan suatu proses dimana pengaruh disengaja diberikan
atas orang lain untuk membimbing, struktur, dan kegiatan telah dipakai dan
hubungan dalam kelompok atau organisasi. Sedangkan kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi
orang untuk mengarahkan usaha-usaha ke arah pencapaian tujuan tertentu. Kepemimpinan bukanlah
jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan
dalam diri seseorang. Ketika
seseorang menemukan visi dan misi hidupnya dan membentuk bangunan karakter yang
kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada
lingkungannya serta
ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat itulah
seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sekedar gelar atau
jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal. Kepemimpinan
adalah subjek yang paling penting untuk manager, karena peran
kritis yang dimainkan oleh pemimpin adalah efektifitas kelompok dalam
organisasi. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan
mengarahkan aktifitas yang berkaitan dengan tugas, seperti; menegakan
disiplin, melaksanakan tugas dengan benar, mengarahkan
kelompok dan memberikan motivasi.
Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah
melakukannya dalam kerja dengan praktik seperti pemagangan pada seorang atlet senior, kapten tim, seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam
hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari perannya
memberikan pengajaran/instruksi. Kebanyakan
orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat
atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke
depan, daya persuasi, dan intensitas. Apabila kita
berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln,
Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa
sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Secara umum
fungsi pemimpin yaitu selalu menginspirasi dan melakukan pendekatan persuasif
serta memberikan pengaruh yang besar terutama dalam memotivasi rekan-rekan atau
orang lain yang dipimpinnya. Sehingga, cara berfikir pemimpin harus meliputi
beberapa hal seperti memiliki pemikiran yang strategis untuk menatap kesuksesan
kedepan serta memiliki pemikiran-pemikiran yang besar untuk mengembangkan apa
yanng dipimpinnya. Selain itu, pemimpin juga harus selalu berfikir kreatif dan
mengembangkan wawasan baik yang dimiliki maupun pengembangan wawasan
orang-orang yang dipimpinnya.
2. Defenisi manajer
Manajemen
adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan
pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Miller (2006:4)
menyatakan dengan tegas bahwa manajemen lebih formal dan ilmiah dari
kepemimpinan. Manajer adalah judul kerja untuk sejumlah orang besar, dan tidak
sensitif untuk merendahkan mereka dengan stereotip negatif (Yulk Gary,
2010:25). Berbeda dengan Gary, menurut Weinberg dan Gold (2003:200) menjelaskan
bahwa manajer merupakan umumnya berkaitan dengan perencanaan atau
pengorganisasian, perencanaan jadwal, penganggaran belanja, susunan pegawai dan
perekrutan. Meskipun selalu melakukan fungsi seperti pemimpin. Misalnya, para
pemimpin memberikan visi yang membantu untuk menentukan arah organisasi atau
keberhasilan tim, termasuk tujuan dan sasaran. Mereka mencoba untuk menyediakan
sumber gaya dan dukungan untuk mendapatkan pekerjaan yang dilakukan. Banyak
pelatih menjadi menejer yang sangat baik karena mereka mengatasi operasi yang
menjaga hal-hal agar berjalan dengan lancar. Tapi ini berbeda memberikan
kepemimpinan yang diperlukan untuk pemain dan tim untuk tumbuh dan matang.
Namun realita yang terjadi terlalu banyak tim yang manajemen tidak sesuai
dengan kenyataan.
3. Perbedaan antara pemimpin dan manager
Pemimpin:
a.
Pokok pekerjaan mempengaruhi orang
b.
Perencanaan berdasarkan visi
c.
Daya pengaruh pada kekuatan
individu
d.
Bawahan mengolah sendiri
e.
Pengarahan dan pengendalian
menggunakan inspirasi
f.
Berurusan dengan inovasi/perubahan
g.
Berusaha melakukan
peningkatan/pengembangan
h.
Berorientasi pada manusianya
i.
Berkaitan dengan tugas jangka panjang dan
strategis
j.
Membangun komitmen
k.
Mengurusi perubahan
l.
Menetapkan arah tujuan
m.
Melakukan persamaan pandangan dr
orang lain.
Manajer:
a.
Pokok pekerjaan mengola sumber daya
b.
Perencanaan berdasar usaha
c.
Daya pengaruh mengandalkan position
power
d.
Bawahan dikendalikan
e.
Pengarahan dan pengendalian
menggunakan standar
f.
Berurusan dengan
ketatalaksanaan/ketertiban
g.
Menjaga/meningkatkan yang ada dengan
baik
h.
Berorientasi pada sistem/peraturan
i.
Berkaitan dengan tugas jangka pendek dan
operasional
j.
Menegakan aturan
k.
Mengurusi kompleksitas
l.
Menyusun anggaran
m.
Mengembangkan kapasitas untuk
merealisasikan rencana
B.
Model Dalam
Kepemimpinan
Model atau gaya
dalam kepemimpinan harus dibedakan terlebih dahulu antara perilaku kepemimpinan
dan gaya kepemimpinan. Menurut Fiedler (1967:36) perilaku kepemimpinan umumnya
berarti tindakan tertentu di mana seorang pemimpin terlibat dalam proses
mengarahkan dan mengkoordinasikan pekerjaan para anggota kelompoknya. Sedangkan
gaya kepemimpinan akan didefinisikan di sini sebagai kebutuhan-struktur yang
mendasari individu yang memotivasi perilaku dan berbagai situasi kepemimpinan.
Secara umum model kepemimpinan sebagai berikut:
1. Otoriter
Gaya
kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada perintah,
mengambil keputusan personal dan meminta bawahan untuk mematuhinya. Walaupun
kepemimipinan otoriter sedikit disenangi bawahannya namun kepemimpinan otoriter
sangat tepat digunakan saat krisis. Pada kepemimpinan ini, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah
menggerakkan dan memaksa kelompok. Batasan kekuasaan dari pemimpin otoriter
hanya dibatasi oleh undang-undang. Bawahan hanya bersifat sebagai pembantu, kewajiban bawahan hanyalah
mengikuti dan menjalankan perintah dan tidak boleh membantah atau mengajukan
saran. Mereka harus patuh dan setia kepada pemimpin secara mutlak.
a. Kelebihan:
1)
Keputusan dapat
diambil secara cepat dan efisien.
2)
Mudah dilakukan
pengawasan (controling).
3)
Sangat cocok
digunakan pada saat kelompok mengalami krisis.
b. Kelemahan:
1)
Pemimpin tidak
menghendaki rapat atau musyawarah.
2)
Setiap
perbedaan di antara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan,
pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang
telah diberikan oleh pemimpin.
3)
Inisiatif dan
daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya.
4)
Pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah
berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau
dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
5)
Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan
meneliti orang–orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang–orang
tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang–orang yang
berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi
penghargaan.
6)
Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap
menyerah tanpa kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas
jika tidak ada pengawasan langsung
7)
Dominasi yang berlebihan mudah menghidupkan oposisi atau
menimbulkan sifat apatis.
2. Laissez faire
Pemimpin
memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersifat
longgar dan pemimpin bersifat pasif, yaitu pemimpin menghindari
kuasa dan tanggungjawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam
menetapkan tujuan maupun menanggulangi masalahnya sendiri.
Gaya ini
tidak berdasarkan pada aturan-aturan. Seorang pemimpin yang menggunakan gaya
kepemimpinan ini menginginkan seluruh anggota kelompoknya berpartisipasi tanpa
memaksakan atau menuntut kewenangan yang dimilikinya. Tindak komunikasi dari
pemimpin ini cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang menghubungkan
kontribusi atau sumbangan pemikiran dari anggota kelompoknya. Jika tidak ada
yang mengendalikannya, kelompok yang memakai gaya ini akan menjadi tidak
terorganisasi, tidak produktif dan anggotanya akan apatis, sebab mereka merasa
bahwa kelompoknya tidak memiliki maksud dan tujuan yang hendak dicapai. Walau
begitu, dalam situasi tertentu khususnya dalam kelompok terapi, gaya
kepemimpinan laissez-faire ini adalah
yang paling layak dan efektif dari gaya-gaya kepemimpinan terdahulu.
Secara garis
besar, perbedaaan antara paradigma lama dan baru dilihat dari aspek-aspek
antara lain berikut ini:
a.
Dari aspek tanggung jawab organisasi: paradigma lama
menitikberatkan pada pertanggungjawaban organisasi tentang lingkungan akibat
dari proses input-proses-output organisasi sedangkan pada paradigma baru
menekankan tanggungjawab pada pembangunan yang berkelanjutan.
b.
Dari aspek tim manajemen: paradigma lama menekankan
struktur dan fungsi interaksi kelompok untuk mencapai sinergi sosial dalam
mengelola organisasi masing-masing, sedangkan paradigma baru menitikberatkan
pada struktur dan proses dengan pendekatan learning organization.
c.
Dari aspek kepemimpinan manajemen: paradigma
lama menitikberatkan pada kapasitas individual manajer dalam memimpin,
sedangkan paradigma baru menekankan keunggulan diri manajer (self-mastery)
dalam memimpin.
Semua
perjalananan dan dinamika faktor-faktor organisasi tersebut baik eksternal
maupun internal, telah membawa perubahan paradigma kepemimpinan yang dinamis
dan fleksibel. Perubahan tersebut banyak menyangkut pada pembentukan mental
pribadi manajer dan pembentukan visi serta organisasi.
3. Demokratis
Dalam gaya kepemimpinan
demokratis, pemimpin tidak banyak menggunakan
kontrol apabila dibandingkan dengan kedua gaya
kepemimpinan sebelumnya. Pemimpin demokratis
mengharapkan seluruh anggotanya untuk berbagi tanggung jawab dan mampu
mengembangkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya. Pemimpin yang demokratis, memiliki
kepedulian terhadap hubungan antarpribadi maupun hubungan tugas di antara para
anggota kelompok. Meskipun nampaknya kurang terorganisasi dengan baik, namun
gaya ini dapat berjalan dalam suasana yang rileks dan memiliki kecenderungan
untuk menghasilkan produktivitas dan kreativitas, karena gaya kepemimpinannya
ini mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki para anggotanya.
a)
Pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya
selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi.
b)
Menyadari bahwa mau tidak mau organisasi harus disusun
sedemikian rupa sehingga menggambarkan secara jelas aneka ragam tugas dan
kegiatan yang tidak bisa tidak harus dilakukan demi tercapainya tujuan.
c)
Melihat kecenderungan adanya pembagian peranan sesuai
dengan tingkatnya.
d)
Memperlakukan manusia dengan cara yang manusiawi dan
menunjang harkat dan martabat manusia.
e)
Seorang pemimpin demokratik disegani bukannya
ditakuti.
4. Situasional
Konsep ini
telah dikembangkan untuk membantu orang dalam menjalankan kepemimpinan dengan
memerhatikan peranannya, yang lebih efektif dalam berinteraksi pemimpin dengan
orang lain dalam kesehariannya. Dalam hal memengaruhi perilaku bawahan, situasi
merupakan salah satu faktor penting karena kepribadian seseorang yang dibawa
dari lahir bisa berubah dengan adanya kondisi lingkungan yang berubah.
Menurut
Hersey dan Blanchard, kepemimpinan situasional adalah:
a.
Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pemimpin
b. Jumlah
dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan
c. Tingkat
kesiapan atau kematanganpara pengikut yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas
khusus, fungsi, atau tujuan tertentu.
Menurut
Model Fiedler Mengemukakan
bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada penyesuaian yang tepat
antara gaya pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahan dan pada tingkat mana
situasi memberikan kendali dan pengaruh kepada pemimpin tersebut. Konsep ini
telah dikembangkan untuk membantu seseorang untuk menjalankan kepemimpinan
dengan memperhatikan peranannya yang lebih efektif dalam berinteraksi dengan
orang lain ditiap harinya. Dalam hal ini, konsepsional menjadi pelengkap
pemimpin dengan gaya kemimpinan yang efektif dan tingkat kematangan para
pengikutnya. Walaupun terdapat banyak variable-variabel
situasional yang penting lainnya, perilaku pengikutnya ini amat penting untuk
mengetahui kepemimpinan situasional. Dalam panjelasan lain diakatakan, teori
kepemimpinan situasional merupakan suatu pemdekatan terhadap kepemimpinan yang
menyatakan bahwa pemimpin memahami prilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan
situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu.
Jadi kepemimpinan
situasional adalah gaya kepemimpinan yang
bergantung pada kesiapan para pengikutnya, melakukan interaksi dengannya dan
pada tingkat dimana situasi memberikan kendali dan pengaruh kepada sipemimpin.
Dengan memerhatikan situasi yang terjadi di perusahaan, pemimpin dapat
melakukan strategi-strategi yang baik untuk kemajuan produk maupun perusahaanya.
5. Transformasional
Kepemiminan merupakan proses dimana
seorang individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai suatu tujuan.
Secara sederhana kepemimpinan transformasional dapat diartikan sebagai proses
untuk mengubah dan mentransformasikan individu agar mau berubah dan
meningkatkan dirinya, yang didalamnya melibatkan motif dan pemenuhan kebutuhan
serta penghargaan terhadap para bawahan. Terdapat
empat faktor untuk menuju kepemimpinan tranformasional yang dikenal, yaitu : idealized influence, inspirational
motivation, intellectual stimulation, dan individual consideration.
a)
Idealized
influence: Pemimpin merupakan sosok ideal yang dapat
dijadikan sebagai panutan bagi bawahannya, dipercaya,
dihormati dan mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan organisasi atau perusahaan.
b)
Inspirational
motivation: Pemimpin yang dapat memotivasi seluruh bawahannya dan karyawannnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan
mendukung semangat team dalam mencapai tujuan-tujuan yang direncanakkan.
c)
Intellectual
Stimulation: Pemimpin dapat
menumbuhkan kreativitas dan inovasi di kalangan
bawahannya dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk
menjadikan suatu organisasi ke arah
yang lebih baik.
d)
Individual
consideration: Pemimpin dapat
bertindak sebagai pelatih dan penasihat bagi bawahannya.
Berdasarkan hasil kajian literatur
yang dilakukan, Northouse (2001) menyimpulkan bahwa seseorang yang dapat
menampilkan kepemimpinan transformasional ternyata dapat lebih menunjukkan sebagai
seorang pemimpin yang efektif dengan hasil kerja yang lebih baik. Oleh
karena itu, merupakan hal yang amat menguntungkan jika para pemimpin dapat menerapkan kepemimpinan transformasional pada organisasi atau tempat dia memimpin. Karena
kepemimpinan transformasional merupakan sebuah rentang yang luas tentang
aspek-aspek kepemimpinan, maka untuk bisa menjadi seorang pemimpin
transformasional yang efektif membutuhkan suatu proses dan memerlukan usaha
sadar dan sunggug-sungguh dari yang bersangkutan. Northouse (2001) memberikan
beberapa tips untuk menerapkan kepemimpinan transformasional, yakni sebagai
berikut:
1.
Berdayakan seluruh bawahan untuk melakukan hal yang
terbaik untuk organisasi.
2.
Berusaha menjadi pemimpin yang bisa diteladani yang
didasari nilai yang tinggi.
3.
Dengarkan semua pemikiran bawahan untuk mengembangkan
semangat kerja sama.
4.
Ciptakan visi yang dapat diyakini oleh semua orang
dalam organisasi.
5.
Bertindak sebagai agen perubahan dalam organisasi
dengan memberikan contoh bagaimana menggagas dan melaksanakan suatu perubahan.
6.
Menolong organisasi dengan cara menolong orang lain
untuk berkontribusi terhadap organisasi.
C.
Kepemimpinan
Dalam Olahraga
Banyak gaya kepemimpinan dengan cara
yang berbeda-beda dalam olahraga guna merealisasikan atau mewujudkan sesuatu
yang ingin dicapai agar berhasil, misalnya ada pelatih yang gayanya seolah-olah
dingin dan acuh tak acuh terhadap para atletnya, ada yang hangat dan penuh
perhatian serta ada pula yang keras atau lunak. Pelatih adalah seorang profesional yang tugasnya membantu atlet
dan tim olahraga dalam memperbaiki dan meningkatkan penampilannya. Peran
penting pelatih tidak hanya menyusun dan melaksanakan program latihannya, akan
tetapi juga berperan sebagai teman, kakak bahkan pengganti orang tua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
para atlet menunjukkan ketergantungan yang besar kepada pelatihnya.
Melatih pada hakikatnya merupakan
upaya mempengaruhi orang atau sejumlah orang, dalam hal ini adalah para atlet
untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan yang efektif diperlukan
sejumlah pengetahuan dan keterampilan seorang pelatih. Banyak pelatih yang
secara teratur dan berkesinambungan menghasilkan atlet atau tim yang
berprestasi, namun juga banyak pelatih yang gagal dalam hal tersebut. Ada beberapa gaya kepemimpinan yang
seringkali dilakukan oleh pelatih dan teknik-teknik kepemimpinan yang dapat
mendukung proses kepelatihan, yaitu:
1.
Gaya Authoriter
Gaya kepeimpinan authoriter adalah menguntungkan dalam
keadaan-keadaan tertentu. Selain itu, juga menunjukkan bahwa gaya ini dilakukan
terutama jika kecepatan dan tindakan diperlukan secara mendesak. Dengan kata
lain, jika dalam kelompok besar yang melibatkan tugas-tugas yang kompleks
memerlukan tindakan dan pengambilan keputusan yang cepat maka gaya kepemimpinan
authoriter dapat juga digunakan agar membuat atlet merasa lebih aman dan
terlindungi dalam situasi-situasi tertekan.
Gaya kepeimpinan authoriter pada umumnya memiliki
ciri-ciri:
a. Menggunakan otoritas atau kewenangan
untuk mengendalikan atletnya.
b. Bersifat memerintah kepada atletnya.
c. Bertindak dengan cara yang
dipengaruhi oleh perasaan tidak manusiawi (impersonal).
d. Berusaha melakukan hal-hal menurut
kepercayaan atau kehendaknya saja.
e. Memberi sanksi (hukuman) pada atlet
yang tidak menuruti perintahnya.
f. Menentukan pembagian tugas atau
kerja yang seharusnya dilakukan.
g. Menilai kekuatan atau kondisi
gagasannya.
Gaya kepemimpinan authoriter ini mempunyai kelemahan,
yaitu:
a. Lebih banyak pekerjaan yang
dilakukan tetapi kualitasnya kurang.
b. Anggota tim cenderung memperlihatkan
kurangnya kepuasan anggota.
2. Gaya Demokratis
Pelatih yang menggunakan gaya
kepemimpinan demokratis secara khusus percaya atau yakin bahwa dengan gaya ini
akan memberikan sesuatu yang sangat efektif untuk pengembangan atlet dalam hal
memberikan kemandirian berfikir dan transfer atau pengalihan nilai-nilai
olahraga. Pelatih yang memiliki gaya ini pada umumnya memiliki ciri-ciri:
a. Bertindak dengan cara yang ramah dan
akrab.
b. Membuka kesempatan tim sebagai suatu
keutuhan dalam menyusun rencana.
c. Memperbolehkan anggota kelompok atau
tim untuk saling berhubungan atau berinteraksi dengan anggota tim yang lain
tanpa harus meminta izin kepada pelatih.
d. Menerima saran-saran.
e. Tidak banyak memberikan instruksi
atau perintah pada anggota tim.
Kelemahan gaya ini yaitu dalam hal
penggunaan waktu secara efektif dan kurang efektif dalam pengambilan suatu
keputusan yang cepat.
3. Gaya yang
Lebih Memperhatikan Atlet (People Centered)
Pelatih yang lebih menitik beratkan
pada penemuan kebutuhan personal atlet. Dalam situasi yang menyenangkan akan
lebih efektif jika seorang pelatih menerapkan gaya kepemimpinan yang lebih
memperhatikan atlet. Jika posisi kekuasaan pemimpin cukup kuat maka pemimpin
yang lebih memperhatikan atlet akan lebih sesuai, yaitu dalam upaya
mengembangkan hubungan yang lebih baik dengan atletnya. Keuntungan gaya
kepemimpinan people centered adalah:
a. Dapat mengurangi ketegangan dan
kecemasan, meskipun tugas tidak dijalankan dengan baik atau kalah dalam
bertanding.
b. Dapat berkomunikasi lebih baik
dengan atlet-atlet yang bimbang, gelisah, dan merasa tidak pasti.
c. Lebih efektif dalam situasi yang
menyenangkan baginya, yaitu dimana para atlet membutuhkan bimbingan dalam
membuat keputusan.
4. Gaya yang
Lebih Menekankan pada Tugas (Task-Oriented)
Pelatih yang lebih menekankan pada
tugas dalam gaya kepemimpinannya, cenderung menitik beratkan pada pencapaian
kemenangan dalam kompetisi. Jika pemimpin memiliki dukungan kelompok, tugasnya
jelas, dan memiliki banyak kekuasaan maka gaya kepemimpinan task oriented lebih cocok. Demikian pula
halnya dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan, seperti halnya seorang
pemimpin yang memiliki hubungan yang jelek dengan anggotanya, tugasnya tidak
jelas, dan pemimpin tersebut memiliki kekuasaan resmi yang sedikit, maka gaya
kepemimpinan task oriented dapat juga
dilakukan. Kelebihan penerapan gaya kepemimpinan task oriented adalah:
a. Lebih efisien, segala usaha
ditujukan kepada tugas yang harus dilaksanakan.
b. Tidak banyak membuang waktu untuk
komunikasi pribadi dengan atlet dan antara atlet.
c. Pemberian instruksi yang cepat,
tegas, dan langsung pada tugas yang harus dijalankan.
d. Efektif dalam situasi yang
menguntungkan atau tidak bagi pemimpin, misalnya banyak atlet yang bandel,
kurang disiplin, dan butuh kepemimpinan yang tegas.
Beberapa fungsi kepemimpinan dalam melatih sebagai
berikut:
1.
Fungsi
yang berkaitan dengan tujuan yang ingin di capai.
2.
Motivator
bagi atlet.
3.
Mengumpulkan
informasi yang berguna bagi atlet.
4.
Memberikan
kepercayan diri.
5.
Memupuk
dan memelihara kebersamaan.
6.
Mengusahakan
tempat latihan yang menyenangkan.
7.
Memikirka
agar atlet bias bekerja sama dengan pelatih untuk mencapai prestasi.
8.
Memupuk
persaaan atlet, bahwa atlet adalah bagian dari team (pelatih merangkul atlet).
Syarat-syarat pemimpin dalam melatih
olahraga;
a) Mempunyai
kekuasaan (otoritas yang sah), b) Mempunyai kewibawaan (pengetahuan yang luas
dan akhlak yang baik), c) Kemampuan teknik dan sosial (psikologis atlet).
Sifat-sifat penting untuk
kepemimpinan yang efektif dalam olahraga adalah sebagai berikut:
1.
Kemampuan
dalam kedudukannya sebagai pelatih dan pengatur yaitu berkenaan dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi dasar manajemen, terutama mengenai pengarahan atletnya.
2.
Kebutuhan
akan prestasi dalam pekerjaan, yang mencakup masalah tanggung jawab dan
keinginan sukses.
3.
Ketegasan
(decisiveness), yaitu kemampuan
membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan terampil,
bijaksana, dan tepat.
4.
Kepercayaan
diri, yaitu pandangan terhadap dirinya yang mampu untuk menghadapi masalah.
5.
Inisiatif,
yaitu kemampuan untuk bertindak, termasuk mengembangkan serangkaian kegiatan
dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Pemimpin
adalah seseorang
yang mampu membimbing atau mengarahkan
individu, kelompok atau grup, tim, dan organisasi yang timbul
serta tumbuh dan berkembang dari dalam
diri seseorang. Kepemimpinan
dalam olahraga disini dititik beratkan kepada pelatih untuk mengembangkan
atletnya. Gaya kepemimpinan yang sering digunakan pelatih adalah authoriter
(menggunakan kewenangan), demokratis (memberikan kemandirian), people contered
(lebih memperhatikan atlet), dan task oriented (berorientasi pada tugas).
- Saran
Berdasarkan
makalah yang berkaitan dengan kepemimpinan
dalam olahraga ini, diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
terbaik utamanya dalam mengetahui model-model
kepemimpinan yang baik. Selain itu manfaat lebih banyak lagi yang akan kita peroleh
apabila mendalami ilmu tentang kepemimpinan
dalam olahraga. Sehingga dalam penyusunan makalah ini, tidak mampu
kami bahasakan secara mendetail sehingga menyarankan bagi siapa saja pembaca
agar mampu memahami dan mencari referensi lain yang lebih mendalam tentang kepemimpinan dalam olahraga karena sangatlah
bermanfaat buat diri sendiri, orang lain, atlit, serta peatih olahraga.
DAFTAR PUSTAKA
Fiedler, Fred
E. 1967. A theory of leadership
effectiveness. McGraw-Hill book company: New York.
Halid
Karim. 2011. Olahraga dan kepemimpinan. Diambil pada http://olahraga dan kepemimpinan.htm. Diakses pada tanggal
14 Maret 2016. Pukul 10.45.
Miller, Dubrin
Dalglish. 2006. Leadership:2nd
Asia-Pasific Edition. Houghton Mifflin. Australia.
Situmorang, Andi Suntoda. 2014. Gaya kepemimpinan pelatih olahraga dalam upaya mencapai prestasi maksimal. Diambil
pada http://file.upi.edu/
Direktori/FPOK/JUR.PEND.OLAHRAGA/19580620198601-ANDI SUNTODA SITU
MORANG/Jurnal_PKR-2.pdf. Diakses pada
tanggal 14 Maret 2016. Pukul 11.35.
Weinberg,
Robert S. & Gould Daniel. Foundations
of sport & exercise psychology. Human kinetics: United State of
America.
Yulk, Gary. 2010. Leadership in
organizations. Pearson: United States of America.
KEPEMIMPINAN DALAM OLAHRAGA
Makalah ini dibuat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Psikologi Olahraga
Dosen Pengampu:
Dr. Dimyati, M.Si.
Moh. Junaidin Muhdar
(15711251005)
Alimuddin
(15711259001)
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
DAFTAR
ISI
Halaman
DAFTAR
ISI............................................................................................................ i
BAB I.
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang
Masalah...................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................................................... 2
C.
Tujuan.................................................................................................................. 2
BAB II.
PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A.
Perbedaan Antara
Pemimpin dan Manajer.......................................................... 3
B.
Model Dalam
Kepemimpinan............................................................................. 7
C.
Kepemimpinan Dalam
Olahraga....................................................................... 15
BAB III. PENUTUP............................................................................................. 20
A.
Kesimpulan........................................................................................................ 20
B.
Saran.................................................................................................................. 20
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 21